TEST KUAT GESER LANGSUNG( DIRECT SHEAR TEST )
Tegangan
geser tanah merupakan salah satu aspek penting dalam problem – problem yang
berkaitan dengan pondasi, diantaranya perencanaan daya duung pondasi dangkal
dan pondasi tiang, slope stability untuk dam, serta tegangan tanah lateral pada
dinding penahan.
Dalam
persamaan coulomb, kuat geser tanah dapat dinyatakan sebagai :
τ = c +
(σ – U) tan ϕ
dimana
:
τ =
s = kuat geser tanah
c =
kohesi
σ =
tegangan total
U = tegangan air pori
Φ =
sudut geser dalam (angel of internal friction)
Pada
tanah berbutir kasar harga kohesi (c) sama dengan nol, maka kuat gesernya hanya
bergantung pada gesekan antar butir tanah. Tanah – tanah semacam ini disebut
sebagai tanah granular atau tanah non kohesif. Sebaliknya tanah yang banyak
mengandung butiran halus, seperti lempung, lanau dan koloid disebut sebagai
tanah berbutir halus atau tanah kohesif.
a.
Tanah Granular
Tanah
granular mempunyai tahanan geser yang berupa gesekan. Tahanan gesernya
merupakan fungsi dari tegangan normal. Jika tegangan normalnya besar, maka
tahanan gesernya juga besar. Karena harga kohesi, c = 0 maka tegangan geser
untuk tanah granular dapat dituliskan sebagai : τ = σ tan ϕ
Ditunjukkan bahwa kuat geser tanah granular bertambah secara
signifikan dengan kenaikan tegangan normalnya. Tegangan normal (σ) adalah
tegangan yang bekerja tegak lurus pada bidang gesernya. Jika tanah granular
kering dan tegangan normal sama dengan nol, maka tahanan gesernya juga nol.
Apabila tanah basah, kemungkinan tanah ini dapat mempunyai kohesi yang lemah.
Namun kohesi tersebut tidak boleh diperhitungkan sebagai bagian dari kuat geser
dalam perencanaan pondasi.
b.
Tanah Kohesif
Menentukan parameter
kekuatan geser tanah kohesif dapat dilakukan dengan test dilaboratorium, yaitu
menggunakan direct shear atau triaxial test.
Jika pada tanah kohesif jenuh diberikan
beban, maka pertama kali beban tersebut akan diterima oleh tekanan air dalam
rongga pori tanah. Pada kondisi ini butiran – butiran tanah lempung tidak dapat
mendekat satu sama lain untuk mengembangkan tahanan geser selama rongga pori
masih terisi jenuh air. Karena rongga pori pada tanah lempung sangat kecil,
maka keluar air dari dalam rongga pori akan memerlukan waktu yang cukup lama.
Setelah dalam waktu yang lama air didalam rongga pori berkurang, maka butiran –
butiran lempung akan mendekat satu sama lain sehingga tahanan gesek tanahnya
berkembang.
Pada tanah kohesif, untuk memperoleh nilai kuat geser sangat
penting untuk mengetahui besarnya tekanan air pori dalam tiap tahap pengujian.
Pada uji kuat geser menggunakan triaxial, dilakukan pada tekanan kekang (σ3)
yang berbeda dengan tanpa adanya air yang keluar (kondisi undrained), maka pada setiap pengujian untuk contoh tanah yang sama
atau identik akan diperoleh tegangan – tegangan utama efektif (σ1’
dan σ3’) yang sama. Demikian pula nilai tegangan pada saat runtuh
(∆σf = σ1’ - σ3’)
juga akan sama. (σ1’ adalah tegangan utama mayor dan σ3’
adalah tegangan utama minor). Pada kondisi ini hanya akan diperoleh kohesi tak
terdrainase (Cu), dengan ϕ = 0.
Apabila jika pada saat
pembebanan air pori yang ada didalam rongga diberi kesempatan untuk keluar
(kondisi drained), maka butiran – butiran tanah lempung akan mendekat satu sama
lain sehingga menyebabkan kuat geser lempung menjadi bertambah.
1.
Tujuan Pengujian :
Pengujian
ini mempunyai tujuan untuk memperoleh parameter kekuatan geser tanah terganggu
atau tanah tidak terganggu yang terkonsolidasi, dan diuji geser dengan diberi
kesempatan berdrainase dan kecepatan gerak tetap.
2.
Peralatan dan Bahan Yang digunakan :
a.
Tabung contoh tanah
b.
Alat pendorong contoh tanah ( extruder )
c.
Gergaji kawat ( pisau pemotong )
d.
Satu set peralatan direct shear
e.
Batu pori
f.
Dial holder
g.
Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
h.
Stop watch
i.
Cawan
j.
contoh tanah
k.
Air suling atau air bersih
3.
Urutan Pelaksanaan Test :
Test direct ini dilakukan sebanyak
3 kali dengan beban yang berbeda, yaitu 10 kg, 20 kg dan 40 kg. Langkah –
langkah yang diambil dalam pelaksanaan test adalah :
a.
Persiapan benda uji
b.
Pemasangan benda uji pada kotak geser
c.
Penyetelan rangka pembebanan vertical
d.
Penyetelan arloji ukur gerak vertical
e.
Penyetelan arloji ukur gerak horizontal
4.
Urutan Langkah – Langkah Persiapan Benda Uji :
a. Ambil contoh tanah dengan menggunakan tabung
contoh
b. Letakkan tabung contoh tanah
pada alat pendorong (extruder), stel dan kunci alat tersebut hingga tabung
contoh tidak bergerak
c.
Putar alat pendorong hingga contoh tanah didalam tabung keluar sedikit,
potong dan ratakan dengan gergaji kawat bagian permukaan tanah yang bersih
(tidak terdapat batu).
d. Setelah mendapatkan
permukaan yang bersih, letakkan ring direct shear (cincin cetak), pada bagian
tepi tabung. Selanjutnya dorong terus contoh tanah tersebut hingga masuk
kedalam cincin, lalu ratakan permukaan contoh tanah bagian atas dan bawah
dengan pisau atau gergaji kawat
5. Urutan Langkah – Langkah
Pemasangan Benda Uji Pada Kotak Geser :
a. Sebelum memasukkan
contoh tanah kedalam kotak geser, terlebih dahulu periksa dan bersihkan kotak
geser, pasang baut pengunci agar kotak geser bagian atas dan bawah menjadi satu
rangkaian.
b. Masukkan batu pori
bagian bawah kedalam kotak geser, lalu letakkan cincin cetak yang berisi contoh
tanah, pada kotak geser dengan posisi bagian runcingnya menghadap keatas
c. Masukkan contoh tanah
kedalam kotak geser dengan menggunakan alat pengeluar contoh yang ditekan
hingga keseluruhan contoh tanah masuk kedalam alat geser
d. Pasang batu pori
bagian atas, dan stel alat pembeban vertikal. Untuk beban pada pengujian
pertama ini yang diberikan adalah 10 kg. Selanjutnya pasang arloji ukur gerak
vertikal.
e. Stel dan pasang
arloji ukur gerak horizontal
f. Jenuhkan contoh tanah
dengan cara mengisi bak dengan air hingga contoh tanah dan batu pori terendam
seluruhnya
g. Sebelum melakukan
pergeseran horizontal terlebih dahulu lakukan pembebanan konsolidasi. Dan
tentukan waktu untuk menentukan terjadinya 50% konsolidasi primer (t50)
h. Setelah mendapatkan
harga t50 kemudian dilakukan untuk perhitungan untuk melakukan
pergeseran horizontal. Pergeseran horizontal ini dilakukan terus sampai tanah
tersebut mengalami keruntuha, baru kemudian dihentikan
6. Urutan Penyetelan Rangka
Pembeban Vertikal :
a. Angkat ujung lengan
pembeban agar rangka pembebanan dapat diatur sedemikian rupa hingga posisinya
benar – benar vertikal tegak lurus
b. Luruskan stang
pembeban dan letakkan sampai menyentuh kotak geser dan usahakan agar posisinya
tidak berubah
c. Pasang beban 10 kg
pada gantungan beban hingga lengan pembeban tidak mengambang letaknya
7. Urutan Penyetelan Arloji Ukur
Gerak Vertikal :
a. Pasang arloji ukur pada penopang
arloji ukur
b.Setel lengan penggantung arloji ukur agar batang arloji ukur
menyentuh batang penekan bagian atas
c. Setel arloji ukur sehingga letak jarum berada pada posisi
nol
8.
Urutan Penyetelan Arloji Ukur Gerak Horizontal :
a. Pasang arloji ukur pada penopang arloji ukur horizontal
b. Setel penopang arloji ukur agar batang arloji ukur
menyentuh kotak geser yang berisi contah tanah
c. Setel arloji ukur sehingga letak jarum berada pada posisi
nol
9.
Urutan Langkah – Langkah Melakukan Pembebanan Konsolidasi
a. Lepaskan beban 10 kg yang
terpasang
b. Pasang beban pada gantungan beban sehingga contoh tanah
mendapat tekanan sesuai dengan tekanan yang akan dialami dilapangan
c. Buka kunci lengan pembebanan dan baca defleksi pada arloji
ukur gerak vertikal untuk waktu t = 0 menit, 0.25 menit, 1 menit, 4 menit, 6.26
menit, 9 menit, 12.25 menit, 16 menit, 20.25 menit, 60 menit, 120 menit, 240
menit, 480 menit, dan 1440 menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar